Dalam rangka memepersiapkan Orientasi Riset Keluarga Mahasiwa( OSKM) ITB 2014, Kilometer ITB mengadakan Diklat Terpusat untuk calon panitinya. Salah satu kegiatan diklat terpusat diisi dengan talkshow yang diselenggarakan pada Senin( 09/ 06/ 14) di Aula Barat ITB. Talkshow tersebut mangulas tentang isu ASEAN Community dengan tema ASEAN Community, Permasalahan ataupun Tantangan Bangsa. Talkshow ini memperkenalkan Mohamad Faisal, Phd( Researcher at The Center of Reform on Economics( CORE) Indonesia serta Dokter. Arry Bainus, Meter. A( Dosen Universitas Padjajaran serta Pengamat Ekonomi)
ASEAN Community ataupun dalam bidang ekonomi lebih diketahui bagaikan ASEAN Economic Community( AEC) ialah suatu komunitas yang beranggotakan 10 negeri di asia tenggara yang tergabung dalam ASEAN demi terwujudnya ekonomi yang terintegrasi. Negara- negara yang tergabung dalam AEC memberlakukan sistem single market ataupun pasar tunggal terbuka buat melaksanakan perdagangan benda, jasa, investasi, modal serta tenaga kerja. AEC direncakan tercipta pada tahun 2015.
tingkatkan efisiensi. Kerjasama pelakon penciptaan antar negeri hendak terus menjadi tumbuh buat menghasilkan efisiensi dengan nilai besar. AEC hendak tingkatkan nilai kompetitif negara- negara ASEAN buat sediakan produk yang mempunyai mutu besar. Produk bermutu besar hendak menghimpit yang bermutu rendah serta lama kelamaan hendak ditinggalkan konsumen.” Misal, Jawa Barat dikira bagaikan provinsi
dengan industri tekstil yang lumayan bagus. Tetapi, upah pekerja Indonesia dengan mutu yang sama lebih besar daripada Vietnam. Pasti si pelakon industri hendak lari ke Vietnam. Kemudian produk kesimpulannya hendak senantiasa dipasarkan di Indonesia,” tukas Faisal.
Tidak seluruh kemampuan dari kesepeluh negeri yang tergabung dalam AEC sama, Indonesia menempati posisi yang dominan. Indonesia dominan dalam perihal populasi( 60% populasi ASEAN merupakan masyarakat Indonesia), luas daerah, serta pasar yang besar ASEAN Community . Cocok dengan tema yang dinaikan, posisi tersebut bisa jadi permasalahan ataupun tantangan bangsa.
Bersumber pada paparan Faisal, dikala ini paling tidak ada sebagian kasus ekonomi yang butuh dibenahi Indonesia.
Perihal itu bisa dilihat dari defisitnya neraca perdagangan ekspor serta impor yang diawali di tahun 2007 serta 2008. Defisit tersebut ditenggarai oleh kasus ekonomi regional di Indonesia. Komunitas ekspor Indonesia masih tergantung pada benda mentah serta separuh jadi, sebaliknya benda impor yang masuk ke Indonesia rata- rata produk akhir ataupun produk yang sudah diolah. Permasalahan selanjutnya, perdagangan jasa antara Indonesia serta ASEAN pula masih defisit. Zona transportasi dapat dibilang zona yang mendesak defisit. Misalnya, Indonesia melaksanakan ekspor, tetapi jasa yang digunakan buat aktivitas ekspor masih memakai kapal asing.
Pada dikala AEC sudah tercipta, persaingan tenaga kerja di daerah ASEAN hendak lebih luas. Hingga, tuntutan hendak SDM yang bermutu dalam seluruh perihal jadi sesuatu kewajiban baru. Bagi informasi, nyaris 67% ataupun 2/ 3 penduduk Indonesia berpendidikan akhir SMP ke dasar. Jauh dibanding dengan negeri lain, semacam Singapore, Malaysia, serta Filiphina yang 80% lulusannya berpendidikan akhir SMA serta pembelajaran besar.
ASEAN Community tidak cuma berakibat pada zona perekonomian, dengan terjadinya pasar yang terbuka pula hendak pengaruhi politik serta sosial- budaya negeri tiap- tiap. Buat itu dibangun komunitas ASEAN Political- Security Community serta ASEAN Socio- cultural Community. Komunitas Politik serta Keamanan diharapkan dapat menanggulangi seluruh kasus yang menyangkut permasalahan politik serta keamanan di negeri ASEAN. Contoh, permasalahan perselisihan tapal batasan antara Indonesia dengan Malaysia misalnya blok ambalat yang diperselisihkan dahulu.
Komunitas Sosial serta Budaya diharapkan hendak menanggapi kasus yang terdapat. Misalnya, permasalahan klaim kebudayaan sesuatu bangsa antar negeri ASEAN, perihal tersebut hendak dituntaskan dengan ASEAN Socio- cultural Community.
Dalam talkshow ini, terlontar suatu persoalan yang menarik atensi,” Terdapatnya AEC ataupun kirisis moneter yang sangat parah sekalipun, bangsa kita hendak senantiasa survive. Walaupun bertahan dengan
nasi aking. Pertanyaannya saat ini, apakah kita tega memandang bangsa ini bertahan dengan metode semacam itu?”, tanya Arry kepada para mahasiswa yang mencermati.
Leave a Reply